Green Democracy Institute Dorong Sinergi Ekonomi dan Ekologi Lewat Aksi Konservasi di Bengkulu Tengah

Green Democracy Institute Dorong Sinergi Ekonomi dan Ekologi Lewat Aksi Konservasi di Bengkulu Tengah

Bengkulu Tengah, 30 Oktober 2025 — Green Democracy Institute hari ini melaksanakan kegiatan aksi lingkungan bertajuk Green Action for Coastal Resilience di kawasan pesisir Pekik Nyaring, Kabupaten Bengkulu Tengah. Program ini berhasil mengumpulkan lebih dari 2 ton sampah, melepas 30 ekor tukik (anak penyu), serta menanam 100 pohon cemara laut di area pesisir yang mengalami abrasi. Kegiatan ini diikuti oleh 110 peserta dari berbagai unsur masyarakat, mahasiswa, komunitas pemuda, dan lembaga lingkungan.

Aksi ini terselenggara atas dukungan penuh dari Ketua DPD RI, Sultan Baktiar Najamudin, selaku pembina Green Democracy Institute, serta berkolaborasi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia melalui program Klub Berkawan. Hadir pula dalam kegiatan ini Staf Ahli Bupati Bengkulu Tengah dan Kepala Bidang dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bengkulu, yang sama-sama menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Aksi Clean Up: Mengelola Sampah Demi Ekosistem yang Sehat

Kegiatan clean up yang dilakukan di sepanjang pesisir Pekik Nyaring berhasil mengumpulkan 2 ton sampah, yang sebagian besar terdiri dari plastik, styrofoam, dan limbah rumah tangga. Secara akademis, aksi ini merupakan bagian dari upaya mitigasi pencemaran laut dan pencegahan degradasi ekosistem pesisir, karena akumulasi sampah plastik dapat mengganggu rantai makanan laut, menurunkan kualitas biota pesisir, serta berdampak pada ekonomi nelayan lokal.

Dalam konteks keberlanjutan, kegiatan ini juga memperkuat implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 14 — Life Below Water, yaitu melestarikan dan memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan.

Pelepasan Tukik: Simbol Konservasi Keanekaragaman Hayati

Sebanyak 30 ekor tukik dilepas ke laut sebagai bagian dari program konservasi satwa laut yang dilindungi. Penyu memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut, antara lain sebagai pengendali populasi ubur-ubur dan penjaga kesehatan padang lamun. Namun, penyu juga termasuk satwa yang rentan terhadap kepunahan akibat perburuan, polusi laut, dan perubahan iklim.

Aksi ini memiliki nilai ekologis yang tinggi karena menjadi bagian dari upaya restorasi populasi satwa endemik sekaligus edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian spesies laut. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya bersifat simbolik, tetapi juga mendukung pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity conservation) di wilayah pesisir Bengkulu.

Penanaman 100 Pohon Cemara Laut: Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Sebagai bentuk adaptasi terhadap abrasi dan perubahan iklim, peserta juga melakukan penanaman 100 pohon cemara laut (Casuarina equisetifolia) di sepanjang garis pantai. Pohon cemara laut berfungsi sebagai sabuk hijau (green belt) yang efektif dalam menahan angin kencang, mengurangi erosi pantai, serta menstabilkan ekosistem pesisir.

Dari perspektif akademik, kegiatan ini mendukung strategi mitigasi berbasis alam atau Nature-Based Solutions (NbS) yang direkomendasikan dalam agenda global perubahan iklim. Penanaman ini diharapkan menjadi langkah awal untuk membentuk kawasan pesisir yang tangguh terhadap bencana dan berkelanjutan.

Kolaborasi Lintas Sektor untuk Keberlanjutan

Dalam sambutannya, Dani Fazli, selaku Founder Green Democracy Institute, menegaskan bahwa gerakan ini bukan hanya sekadar kampanye lingkungan, tetapi juga wujud nyata dari demokrasi hijau — yakni keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kelestarian ekologi.

“Green Democracy hadir untuk mengingatkan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak bisa dilepaskan dari keseimbangan antara ekonomi dan ekologi. Kita ingin membangun kesadaran bahwa alam bukan objek eksploitasi, melainkan mitra dalam kehidupan manusia,” ujar Dani.

Sementara itu, Sultan Baktiar Najamudin, Ketua DPD RI sekaligus Pembina Green Democracy Institute, memberikan apresiasi tinggi atas partisipasi generasi muda dalam menjaga lingkungan. Ia menegaskan pentingnya menghadirkan gerakan ekologis berbasis komunitas yang selaras dengan visi pembangunan nasional berkelanjutan.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan moril dari Kemenpora RI melalui program Klub Berkawan, sebagai bentuk penguatan kapasitas pemuda untuk berkontribusi aktif dalam konservasi alam dan sosial.

Membangun Gerakan Konservasi yang Terintegrasi

Kehadiran Staf Ahli Bupati Bengkulu Tengah dan Kepala Bidang DLHK Provinsi Bengkulu turut menegaskan urgensi sinergi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat. Keduanya menggarisbawahi bahwa upaya konservasi alam tidak bisa berjalan secara parsial, melainkan harus terintegrasi melalui kolaborasi multisektor.

Melalui kegiatan ini, Green Democracy Institute berharap gerakan konservasi berbasis komunitas dapat terus berkembang sebagai wadah edukasi dan aksi nyata dalam menjaga keanekaragaman hayati serta menumbuhkan kesadaran ekologis masyarakat Indonesia.